Kalau Gak Macet, Ya Bukan Mudik Namanya

Pagi tadi, kira-kira sekitar pukul 9, akhirnya saya beserta “tim mudik” alias keluarga sudah bisa beristirahat di rumah embah yang berada di Sukoharjo. Kurang lebih 24 jam lamanya saya menghabiskan waktu di jalan.

Kemacetan terjadi dimana-mana. Pantauan yang dilakukan oleh detik.com sangat membantu kami dalam mengambil langkah terbaik untuk menghindari kemacetan. Dari detik.com lah kami mengetahui bahwa terjadi kemacetan sepanjang 1 km menjelang pintu keluar tol Cikampek. Alhasil, kami menghindari pintu keluar tersebut. Namun, kecurigaan tetap saja timbul. Kami akhirnya memutuskan keluar di pintu tol lain. Sesaat setelah itu, kecurigaan yang tadinya merasuki pikiran pun tiba-tiba saja mulai terjadi.

Kami sampai di pertigaan jalan besar. Seharusnya disitu kami mengambil arah kanan untuk melanjutkan perjalanan. Namun, portal-portal yang lumayan banyak tersebut cukup menghalangi jalan kami. Belum lagi pos polisi di seberang jalan yang menandakan bahwa jalan tersebut memang “sengaja” ditutup oleh mereka. Mau tak mau kami menurut. Kemudian kami memutuskan belok ke arah kiri untuk memutari jalan tersebut.

Kami pikir putaran tersebut tidaklah jauh. Namun, apa yang kami pikirkan dengan yang kami rasakan saat itu sangatlah berbeda jauh. Seiring waktu berlalu, putaran tersebut belum juga kami temui. Belum lagi kemacetan yang saat itu terjadi. Ya, cukuplah membuat kami semua menjadi gregetan. Mungkin tidak hanya kami saja, hampir semua pengemudi pasti merasakan hal yang sama. Kalau gak macet, ya bukan mudik namanya. Hehehe.

Mungkin apabila ditotal, setelah memutar di putaran tersebut, hingga kami sampai di pertigaan jalan besar tersebut, menghabiskan waktu sekitar 3 jam. 3 jam itu waktu yang tidak sedikit lohh.. Dengan waktu kurang dari 3 jam saja, saya bahkan bisa menyelesaikan permainan “Mr. Bean” yang syarat dengan kemampuan logika berpikir tersebut. Hehe.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di perjalanan yang kami lalui kemarin, seringkali kami menemukan rombongan bis yang mengangkut banyak sekali penumpang. Bahkan bis yang boleh dikatakan 1 perguruan tersebut (maksudnya dengan model dan warna corak yang sama) , itu kurang lebih terdapat sekitar 23 bis. Saya bisa tahu total ada 23 bis tersebut karena melihat “nomor punggung” yang tertera di bis tersebut. 😀

Selain itu, juga terdapat beberapa truk-truk pengangkut puluhan motor (atau mungkin ratusan). Sepertinya ini merupakan program kerjasama antara pemerintah dengan perusahaan tertentu dalam hal efisiensi saat perjalanan mudik. Oh, iya dong. Karena pengendara motor tidak usah capek-capek “bertarung” dan berpacu di jalan raya. Mereka cukup bersantai ria di dalam bis tersebut, bahkan dengar-dengar disediakan pula makanan gratis dan pelayanan lainnya. Hehe. Belum lagi juga masalah kecelakaan yang seringkali terjadi. Entah itu karena mengantuk saat perjalanan, ban kempes atau bocor, dan hal lain sebagainya. Memang benar, pemerintah musti melakukan sesuatu untuk menanggulangi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut.

Ngomong-ngomong mengenai soal mengantuk tersebut, kami terkadang juga berhenti untuk sekedar beristirahat yang disesuaikan dengan waktu berbuka puasa atau shalat lima waktu.

Bahkan, kemarin kami singgah di rumah makan yang tepat sekali. Soalnya di tempat tersebut menyediakan menu pecel ayam yang nikmat sekali. Belum lagi sambelnya. Beuhhh. Hehehe.

Hmm apalagi ya. Mungkin itu saja dulu cerita mengenai perjalanan yang saya lalui kemarin. Semoga masih banyak lagi hal-hal menarik selama saya liburan disini. Hehehe.

Ohya, saya punya sedikit pesan untuk kalian yang hendak mudik.

Selamat bermacet-macet ria ya!

The following two tabs change content below.

mahisaajy

PMG Ahli Pertama, Bidang Manajemen Database at BMKG
Seorang pemuda luar biasa yang mempunyai hobi menulis, membaca, dan bermusik. Tertarik dengan bidang ilmu komputer untuk memecahkan beberapa persoalan. Co-Founder Triglav ID dan Co-Founder METLIGO. Sejak tahun 2018 bekerja di BMKG di bagian Pusat Database.

Leave a Reply

%d bloggers like this: