Open Source, Pokoknya Tidak Ada Alasan

Ada sedikit perasaan bangga, pada saat saya menghadiri acara “Sasarehan IOSA 2013” kemarin, dan dapat bertemu dengan banyak orang yang memang tertarik dengan dunia Open Source.

Banyak sekali pembicaraan-pembicaraan menarik yang disampaikan oleh para penggiat open source kemarin. Ini belum seberapa. Mungkin, apabila penggiat open source di Indonesia dikumpulkan menjadi satu, pastinya nanti akan lebih menggelegar sekali.

Bapak Aswin Sasongko - IOSA 2013
Bapak Aswin Sasongko menceritakan sedikit tentang Open Source – IOSA 2013

Tetapi, yang masih jadi pertanyaan sampai sekarang ini, yaitu kenapa Open Source masih kalah populer bila dibandingkan dengan perangkat lunak Proprietary?

Sepertinya ini kembali lagi kepada faktor “kebiasaan”. Adaptasi itu sangatlah perlu. Semua orang pasti perlu beradaptasi terhadap sesuatu hal yang baru.

Dahulu, saat Anda belajar komputer dan dikenalkan dengan sistem operasi “jendela”, Anda mungkin merasa kebingungan pada saat itu. Untuk lebih lihai dalam menggunakannya, Anda pun mengeksplorasinya lebih lanjut. Lama kelamaan, tanpa disadari, Anda sudah lebih paham dibandingkan sebelumnya. Awalnya bingung, lama kelamaan pasti lancar juga. Open Source seharusnya juga begitu, kan?

Kemarin, ada yang bertanya begini, “Apa sih alasan untuk tidak menggunakan Open Source?” Ternyata, di luar dugaan ada yang menjawab seperti ini, “Tidak ada alasan.” Benar juga. Memang benar begitu, kan? Untuk membuktikan kecintaan dan ketertarikan kita terhadap sesuatu, pastinya tidak ada alasan. Sama halnya ketika ada seseorang yang bertanya kepada Anda, “Apa sih alasan Anda mencintai kekasih Anda?” Anda, yang saat itu sedang kasmaran tersebut, pasti menjawab, “Tidak ada alasan, pokoknya cinta aja.” Suit-suit. Memang sulit rasanya memisahkan dua insan yang sedang kasmaran tersebut. 😀 Tidak ada alasan juga toh untuk tidak menggunakan produk open source. 🙂

Untuk lebih memasyarakatkan open source kepada orang banyak itu perlu dilakukan sosialisasi. Yang perlu ditekankan, yaitu sejuta kelebihan yang (memang) dimiliki oleh produk Open Source dibandingkan dengan produk Proprietary.

Sudah banyak juga orang di luar sana yang lebih mempercayakan penggunaan IT dengan open source. Termasuk juga di instansi pemerintahan. Tapi, katanya memang masih ada sedikit kendala, karena ada beberapa aplikasi pemerintahan yang tidak bisa dijalankan di sistem operasi Linux, malahan aplikasi tersebut hanya mampu berjalan di sistem operasi “Jendela”. Oleh karena itu, perlu pembuatan aplikasi, dengan fungsi yang sama, yang tentunya juga dapat dijalankan di sistem operasi Linux. Hal-hal seperti itulah yang mengakibatkan penyebaran Open Source di instansi pemerintahan mengalami sedikit kendala. Tetapi, seiring berjalannya waktu, saya yakin masalah ini pasti bisa teratasi dengan baik.

Begitu juga di dunia kampus. Kurikulum di beberapa kampus bahkan sudah mengajarkan untuk menggunakan produk-produk Proprietary. Bahkan, beberapa kampus pun sudah melakukan kerja sama dengan produk-produk proprietary tersebut. Bagaimana solusinya?

Solusi dari ketidak-bisaan masyarakat untuk lepas dari produk Proprietary adalah dibutuhkannya suatu komitmen secara bersama-sama. Ingat, open source itu bisa mendatangkan banyak sekali keuntungan. Kita tidak perlu membeli, membayar, dan mengeluarkan uang banyak hanya untuk suatu perangkat lunak proprietary. Kita dapat mengandalkan open source sebagai alternatif. Dengan begitu, anggaran keuangan bisa dihemat seminimal mungkin, atau bisa dibelanjakan untuk keperluan lainnya yang lebih baik.

Kira-kira seperti itu rangkuman dari hasil pembicaraan yang saya ikuti pada acara “Sarasehan IOSA 2013” kemarin. Pokoknya tidak ada alasan untuk tidak menggunakan produk Open Source. 🙂

The following two tabs change content below.

mahisaajy

PMG Ahli Pertama, Bidang Manajemen Database at BMKG
Seorang pemuda luar biasa yang mempunyai hobi menulis, membaca, dan bermusik. Tertarik dengan bidang ilmu komputer untuk memecahkan beberapa persoalan. Co-Founder Triglav ID dan Co-Founder METLIGO. Sejak tahun 2018 bekerja di BMKG di bagian Pusat Database.

Leave a Reply

%d bloggers like this: