Dulu Dijaga, Sekarang Menjaga

Dulu saya dan kawan-kawan sekelas yang dijaga, sekarang gantian saya yang menjaga sekelas. Ah, rasanya waktu berputar begitu cepat.

Dulu pada saat saya masih kuliah reguler pada semester 1 dan 2, saya masih merasakan bagaimana rasanya mengerjakan UTS. Waktu keterlambatan dibatasi paling lambat 30 menit sesudah bel berbunyi. Bila lewat dari waktu tersebut, mau tidak mau kita tidak dapat mengikuti ujian tersebut. Serta, ada yang tidak boleh terlupa untuk dibawa, yaitu KRS (Kartu Rencana Studi). Bila KRS tersebut tertinggal di rumah misalnya, maka kita perlu mengurusnya di lantai 1 terlebih dahulu untuk meminta kartu sementara sebagai syarat mengikuti UTS. Bila itu sampai terjadi, hal tersebut sangatlah menyita waktu. Iya, di saat yang lain mulai menggunakan otaknya untuk berpikir dalam menjawab soal-soal UTS, sementara si lupa membawa KRS harus repot mengurus hal yang diurus tersebut.

Dulu dijaga, sekarang menjaga.
Dulu dijaga, sekarang menjaga.

Tidak hanya itu yang perlu dipersiapkan, UTS adalah sebuh ujian. Untuk menghadapi ujian, mau tidak mau sebelumnya kita harus belajar terlebih dahulu agar bisa menaklukan soal-soal UTS tersebut. Iya, pada intinya banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum memasuki sebuah ruangan yang biasanya dijaga oleh dua sampai tiga orang pengawas ruangan tersebut.

Dulu saya sempat dibuat bingung. Pengawas yang mengawas ruangan selalu memiliki tampang-tampang yang tergolong muda. Saya ragu apakah mereka-mereka ini dosen atau bukan, tapi kelihatannya mereka belum layak bila dipanggil dengan sebutan bapak atau ibu dosen. Lebih pas bila dipanggil dengan sapaan “Kak”.

Dulu saya sempat berandai-andai menjadi pengawas UTS. Keliatannya kok menyenangkan sekali. Masuk ke dalam ruangan tanpa perlu takut terhadap soal apa yang akan keluar. Asyik-asyik saja kelihatannya. Kerjaannya hanya mengamati ruangan sekitar. Bila timbul diskusi-diskusi ringan dari mahasiswa, entah itu sedang bekerja sama atau hanya sekedar meminjam alat tulis, mereka dapat menegor kapan pun mereka mau. Bila ada yang terlihat membawa sebuah contekan, mereka tinggal melaporkan kejadian pencontekan yang dilakukan oleh mahasiswa A tersebut dengan mencatatnya dalam sebuah BAP. Menyenangkan, bukan?

Dulu dijaga, sekarang menjaga

Entah kenapa, saya merasa apa yang tanpa sengaja saya celotehkan, dengan berharap suatu saat nanti dapat mengawas jalannya ujian dan lain sebagainya, mulai terkabul perlahan. Pada UTS kali ini, yang selalu diadakan di perkuliahan reguler, saya dipercayakan untuk ikut mengawas. Sebenarnya bukan dipercaya, tapi waktu itu saya mendaftar lebih tepatnya minta tolong didaftarkan hehe. Berhubung saya juga menjabat sebagai asisten laboratorium sistem informasi di kampus saya dan saya juga telah lulus untuk jenjang S1, maka saya diperbolehkan untuk ikut mengawas. Karena setahu saya yang diperbolehkan mengawas UTS adalah dosen dan para asisten lab yang memenuhi syarat tertentu. Dengan rasa keingintahuan saya yang cukup tinggi, saya berniat untuk mencobanya.

Hari ini adalah hari kedua saya dalam mengawas UTS. Harusnya bila saya menjadi pengawas yang rajin, sampai hari ini saya sudah mengawas sebanyak 6 hari. Bukan berarti saya dengan sengaja meninggalkan tanggung jawab, karena memang perkuliahan saya belum selesai. Tetap, saya memiliki sebuah prioritas, kuliah saya lah yang utama di atas segala-galanya. Mau tidak mau saya harus izin mengawas UTS.

Mengawas UTS merupakan hal yang paling santai menurut saya. Pertama, kita memang disibukkan dengan membagikan soal-soal kepada para mahasiswa. Lalu kemudian berkeliling lagi untuk meminta tanda tangan mahasiswa sembari mengecek KRS yang mereka bawa. Sudah. Lalu setelah itu, yang dapat saya lakukan adalah diam santai di sudut ruangan. Maka dari itu, sesuatu hal yang sekiranya bermanfaat dapat dilakukan pada saat-saat ini. Seperti tadi, saya malah dapat menyicil mengerjakan tugas kuliah.

Jaga UTS, tapi nyambi nugas
Jaga UTS, tapi nyambi nugas

Selain itu, saya juga dapat berkenalan dengan orang-orang baru yang belum saya kenal sebelumnya. Ada dosen dan ada juga asisten laboratorium dari jurusan lain. Karena memang dalam mengawas UTS biasanya dipasangkan oleh para koordinator, jadinya terkadang saya dipasangkan mengawas dengan orang-orang yang tampak asing bagi saya. Haha begitu juga saya yang dianggap asing bagi mereka.

Sejauh ini, sih, menyenangkan. Hitung-hitung menambah pengalaman. 🙂

Oke, adik-adik mahasiswa Gunadarma yang mungkin saja membaca tulisan ini, siap-siap diawas oleh kakak yang baik hati ini ya. Hehe 🙂

The following two tabs change content below.

mahisaajy

PMG Ahli Pertama, Bidang Manajemen Database at BMKG
Seorang pemuda luar biasa yang mempunyai hobi menulis, membaca, dan bermusik. Tertarik dengan bidang ilmu komputer untuk memecahkan beberapa persoalan. Co-Founder Triglav ID dan Co-Founder METLIGO. Sejak tahun 2018 bekerja di BMKG di bagian Pusat Database.

Leave a Reply

%d bloggers like this: