Mahisa Ajy Kusuma

Kunci yang Hilang, Datang dan Kembali

PAGI ini, seperti biasa mentari bersinar menyejukkan hati, namun sayangnya saya hanya bisa menikmati suasana menarik itu sejenak. Saya seketika itu terbangun untuk melaksanakan kewajiban sebagai umat, setelah itu saya kembali melanjutkan mimpi indah di tempat yang terbilang nyaman. Di ruangan yang tertutup rapat oleh pintu-pintu dunia.

Saya bermimpi, tetapi seperti tidak bermimpi. Saya sepertinya melakukan sesuatu di dalam mimpi, tetapi saat terbangun saya melupakan semuanya. Entah bagaimana ceritanya. Saya tertidur sangat pulas sekali, seakan-akan saya mengabaikan waktu yang telah berjalan begitu jauhnya meninggalkan saya.

Saya segera bersiap untuk menyelesaikan suatu urusan di kampus. Saat di jalanan, saya memacu kendaraan begitu liarnya. Biar liar, namun tetap terlihat sabar.

Sesampainya di kampus, tiba-tiba saya menyadari suatu hal.

“Kunci motor saya dimana?”

Saya hanya sanggup berkata di dalam hati. Karena memang disitu tak ada satu orang pun yang saya kenal. Mungkin mereka curiga dengan gerak-gerik saya, yang memang terlihat sedikit mencurigakan itu.

Siapakah pelaku yang menghilangkan kunci motor milik saya? Mungkinkah polisi berkumis tebal pelakunya? Tetapi tadi saat saya bertemu di jalan dan melintas di hadapannya, ia hanya tersenyum manis. Tidak tampaklah suatu yang mencurigakan di senyum polisi  tersebut. Sepertinya bukan dia pelakunya.

Mungkinkah wanita jalanan yang menjadi pelakunya? Tetapi tadi ia hanya melambai-lambaikan tangan saja sembari tersenyum sangat manis. Sepertinya juga bukan dia pelakunya. Lalu siapa?

Saya coba untuk mengingat-ingat kembali sepercik kenangan di jalanan yang tadi saya lalui. Saya pun merasa kebingungan sendiri. Saya putuskan untuk menyusuri kembali jalan-jalan tersebut.

Kali ini, saya memasang mata lebih sigap dari biasanya. Saya terus melirik ke sisi lain jalanan. Tak ingin saya melewatkan satu benda terjatuh pun yang berada di jalanan. Dari jalan satu ke jalan satunya, ternyata masih belum membuahkan hasil. Saya belum menyerah, saya coba terus mencari.

Sampailah saya di perempatan jalan besar. Saya bimbang. Haruskah saya pergi meninggalkan kampus lebih jauh lagi? Akhirnya saya putuskan untuk kembali. Mungkin saja di jalan yang hendak saya lalui ini menyimpan tanda-tanda keberadaan benda yang sedang saya cari ini.

Saya berjalan pelan. Lebih pelan dari biasanya. Tidak liar lagi, tetapi kalem dan adem, walaupun berada di bawah panas matahari yang sedang meronta-ronta itu.

Saya sempat berdoa sedikit kepada Tuhan untuk meminta jawaban. Bagaikan dihadapkan pada buah simalakama, saya bimbang harus melakukan apa.

Saya lanjutkan lagi perjalanan. Tiba-tiba benda yang saya cari itu muncul di hadapan saya. Saya menepi untuk berhenti. Kendaraan, yang masih tetap menyala tanpa adanya kunci tersebut, saya biarkan begitu saja. Saya coba mendekat kepada benda tersebut di jalanan. Beruntung, jalanan tidak begitu ramai, sehingga tidak menyulitkan usaha saya tersebut.

Saat itu saya senang, tapi belum merasa tenang. Sepertinya ada yang aneh dengan benda yang saya temukan tersebut. Yang saat ini saya genggam bukanlah benda yang saya cari, melainkan temannya, hanya sebuah gantungan kunci. Kemana perginya kunci tersebut? Ataukah hilang ditelan buasnya penghuni jalan, atau disembunyikan oleh si polisi berkumis tebal dan si wanita jalanan tersebut? Saya terdiam dengan keadaan yang seperti itu.

Tiba-tiba, di sisi jalan terdengar suara.

“Mas, lagi nyari apa? Nyari kunci, ya?”

Seketika itu, muncul setitik harapan di dalam diri saya. Senyum sumringah saya keluar begitu saja. Benda yang sedaritadi saya cari itu ternyata berada dalam genggaman seseorang yang mengeluarkan suara di sisi jalan tersebut.

Saya ucapkan banyak-banyak terimakasih kepada seseorang tersebut. Sepertinya Tuhan mendengar doa kecil saya tadi, sehingga Ia memberikan setitik keajaiban kecilnya kepada saya.

Orang tersebut juga sepertinya sengaja membiarkan gantungan kunci milik saya terkapar sendirian di jalanan. Mungkin sebagai tanda keberadaan yang ditujukan kepada pemilik kunci tersebut. Sehingga saya pun dapat menemukan benda yang hilang tersebut.

Sebuah pelajaran yang terlihat sepele, namun terasa sangat berharga. Kunci yang hilang, ternyata datang dan kembali. Terimakasih.

The following two tabs change content below.

mahisaajy

PMG Ahli Pertama, Bidang Manajemen Database at BMKG
Seorang pemuda luar biasa yang mempunyai hobi menulis, membaca, dan bermusik. Tertarik dengan bidang ilmu komputer untuk memecahkan beberapa persoalan. Co-Founder Triglav ID dan Co-Founder METLIGO. Sejak tahun 2018 bekerja di BMKG di bagian Pusat Database.