PADA hari minggu kemarin, saya baru saja mengikuti konferensi INAICTA (Indonesia ICT Award) hari kedua yang diselenggarakan di JCC (Jakarta Convention Center).
Pagi itu, saya datang lebih awal dibanding hari sebelumnya. Mungkin karena saya sudah mengetahui jalan menuju ke tempat tersebut, sehingga saya memacu kendaraan bermotor saya lebih cepat dibanding hari sebelumnya. Tapi, bisa dibilang tidak terlalu cepat juga sih, ya santai lah.
Sesampainya di lokasi, ternyata peserta konferensi masih belum hadir sepenuhnya. Dapat dikatakan masih sedikit sekali yang datang kala itu. Bahkan, booth-booth yang berjejer di dalam pun belum semuanya siap, malahan beberapa diantaranya masih ada yang baru bersiap-siap. FYI, booth yang digelar tersebut adalah milik para nominator yang berhasil lolos audisi saat penjurian lomba yang dikelompokkan ke dalam kategori tertentu. Total kategori berjumlah 21, dan dari tiap masing-masing kategori terdapat 8 nominator. Dapat dibayangkan, bagaimana ramainya acara yang diselenggarakan tersebut.
Berhubung saat itu saya benar-benar “merasa sendiri”, karena belum bertemu dengan orang yang saya kenal, dan merasa “sedikit kesepian”, saya sempatkan saja untuk berkunjung ke beberapa booth yang ada sekaligus menanyakan mahakarya milik para nominator tersebut.
Salah satu booth yang saya kunjungi, yaitu karya anak-anak SMA dari kota Semarang. Nama karyanya yaitu Apasaja, yang merupakan kepanjangan dari “Aplikasi Sastra dan Aksara Jawa”. Unik sekali, bukan? Orang-orang seperti merekalah yang membuat saya menjadi sedikit “iri” terhadap mereka. Terang saja, mereka kan masih SMA dan sudah memiliki karya pula. Sedangkan saya pada saat SMA dahulu ngapain aja, ya? Ah, jadi malu. 🙂 Bahkan, kemarin juga saya bertemu dengan pembimbing mereka dan sempat berbincang-bincang sedikit. Dari pembicaraan tersebut, saya baru tahu, ternyata mereka mendokumentasikan perjalanan mereka, dari Semarang ke Jakarta, dalam bentuk Video. Mereka sepertinya ingin menginspirasi teman-teman mereka, yang satu sekolah dengan mereka, supaya dapat mengikuti jejak langkahnya tersebut. Ah, tanpa sadar malahan saya yang semakin terinspirasi untuk bisa menjadi seperti mereka.
Ruang konferensi pun sudah mulai dibuka. Setelah itu saya masuk ke ruangan tersebut. Seperti pada hari kemarin, sebelum acara dimulai, terlebih dahulu kita dijamu dengan segelintir musik yang dibawakan oleh duo pemusik. Suara pemusik yang satunya memang sangat dahsyat sekali, tapi entah mengapa menurut saya sepertinya ia lebih cocok menjadi pesulap. Pesulap yang berprofesi sebagi pemusik juga tentunya.
Konferensi di hari yang ke-dua ini tak kalah menariknya dibanding kemarin. Kalau kemarin, diantaranya ada Andi S. Boediman, Budiono, Wong Lok Dien, dan Marlin Sugama. Nah, hari ini diantaranya ada Sanny Gaddafi, Gerry Nightspade, Rachmad Imron, Rama Mamuaya, dan Arief Widhiyasa,
Pembicaraan pun masih seputar dunia game. Tentunya gamer-gamer pun semakin antusias mendengarkan setiap topik yang diberikan oleh masing-masing pembicara tersebut. Tahu darimana? Saya saja, yang jarang bermain game, antusias sekali. Bagaimana dengan mereka? =D
Dari keseluruhan pembicara yang tampil, saya tertarik sekali saat mas Arief Widhiyasa, yang merupakan CEO Agate Studio, memberikan presentasinya. Gaya bicaranya memang sedikit khas, terbilang cepat tetapi juga sangat terarah. Namun, untungnya konsentrasi saya saat itu tidak terganggu oleh hal-hal lainnya. Sehingga, saya masih bisa fokus mendengarkan presentasi dari mas Arief tersebut.
Yang paling saya ingat adalah mengenai mental foundation. Waktu itu ia menganalogikan dengan kehidupan rumah tangga yang di dalamnya ada ayah, ibu, dan anak sebagai pemerannya. Di suatu sore yang cerah, saat itu ayah sedang asyik-asyik membaca koran, kemudian ibu memberikan secangkir kopi hangat kepada suaminya tersebut dan meletakkannya di meja yang terletak di depan suaminya. Kemudian tiba-tiba sang anak, yang sambil bernyanyi riang gembira dan berlari senang, tak sengaja menyentuh kopi ayah tersebut, sehingga cairan kopi tersebut mengenai celana ayahnya. Menurut kalian, apa yang sebaiknya ayah tersebut lakukan? Pasti banyak sekali kemungkinan, bukan? Nah, dari setiap kemungkinan tersebut, kemarin mas Arief memberikan contoh dengan sangat menarik dan kreatif.
Dari setiap kemungkinan tersebut, nantinya juga akan memberikan gambaran mengenai keadaan selanjutnya yang dapat terjadi. Apabila si ayah saat itu marah tentunya berbeda dengan apabila saat itu si ayah tertawa lebar. Nah, dari situlah dapat dikaitkan dengan kehidupan kita sehari-hari, kalian tinggal pilih, pilih yang cara positif atau cara negatif? 😀
Di akhir acara konferensi, diadakanlah sebuah games seru teruntuk peserta konferensi. Dan didapatlah 15 orang sukarelawan yang berani maju. Setelah itu mereka mendapatkan sebuah tantangan. Apa tantangannya? Haha. Kalian tahu goyang caesar? Tepat sekali. Para sukarelawan tersebut harus bergoyang seolah-olah berperan menjadi caesar seperti pada acara yang ramai di TV itu. Ramai sekali deh pokoknya situasi kala itu. Saya saja, bahkan tak henti-hentinya tertawa menertawakan kegilaan orang-orang tersebut.
Saya sempat mendengar kabar, bahwa penyanyi Raisa akan hadir untuk ikut meramaikan meriahnya acara INAICTA ini. Ternyata kabar tersebut memang benar. Selain acara konferensi, masih ada lagi acara lainnya, yaitu acara puncak dari keseluruhan acara yang sudah berlangsung selama 2 hari tersebut. Beberapa “orang besar” pun turut diundang untuk memeriahkan acara tersebut. Salah satunya, yaitu bapak Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring.
Acara puncak diadakan di ruang yang berbeda dengan ruang konferensi tersebut. Sehabis shalat magrib saya memasuki ruangan. Saya sempat ragu, apakah hanya orang-orang yang diundang saja yang berhak masuk ke ruangan tersebut. Tapi, ternyata siapapun boleh masuk. Ruangannya memang tampak begitu besar, penuh dengan alat-alat canggih di belakang ruangan dan di atas panggung. Panggungnya juga begitu dahsyat dan terlihat megah sekali.
Selain pak Tifatul, kemarin yang menjadi sorotan adalah tak lain dan tak bukan Raisa. Selain parasnya yang cantik, gaun yang dikenakkan juga menambah kesan cantiknya tersebut. Mungkin bisa dibilang lengkaplah acara tersebut.
Puas sekali rasanya selama 2 hari ini saya mengikut acara tersebut. Pengetahuan dapat, perbaikan gizi dapat, pemandangan yang “bening-bening” pun juga dapat. Hehe. Apa lagi ya? Semoga saja tahun depan acara INAICTA ini masih akan terus berlanjut. Dan siapa tahu saja saya bisa menjadi nominator di ajang ICT terbesar ini. Aamiin.
Sampai jumpa di tahun berikutnya!
Salam ICT. 🙂
Latest posts by mahisaajy (see all)
- Selamat Purna Tugas - November 19, 2024
- ESRI Professional Fellowship Program 2023 - January 14, 2024
- Pemanfaatan OSM dalam Mendukung Pemenuhan Data Spasial di Instansi Pemerintah Indonesia - January 13, 2024