Wisata ke Grojogan Sewu (Part 1)

Tulisan ini merupakan oleh-oleh, yang baru sempat saya berikan, saat saya pulang kampung ke rumah kakek dan nenek pada saat libur lebaran sebulan yang lalu.

Waktu itu, tanggal yang melekat di kalender sudah menunjukkan angka 11 (Agustus). Itu berarti keesokan harinya, saya bersama dengan keluarga harus pamit kepada saudara-saudara untuk melanjutkan kembali aktivitas di ibukota yang sempat terhenti sementara. Ini merupakan liburan yang terakhir, hmm maksudnya hari terakhir saya berada disini, berarti saya harus memanfaatkan momen-momen yang tersisa dengan sebaik-baiknya. Untungnya saja beberapa hari sebelumnya saya sempat berdiskusi dengan saudara-saudara, yang intinya kami sekeluarga akan melakukan perjalanan ke suatu tempat, sekaligus menambah wawasan kami terhadap tempat-tempat wisata yang tersebar di seluruh Pulau Jawa ini. Akhirnya, dipilihlah wisata ke suatu tempat bernama “Grojogan Sewu” sebagai tempat tujuan wisata kami. Jalan-jalan mennn.. Horeee..

Jarum pendek, yang bertengger manis di jam tangan, kurang lebih sudah mengarah ke angka 10. Panas matahari juga sudah mulai sedikit terasa terik. Oleh karena itu, kami berniat untuk melalui perjalanan kali ini. Tunggu dulu. Tetapi, ternyata kami sedikit dikagetkan dengan “kesiapan” kakek kami, yang ternyata sudah berpakaian lengkap dan berniat untuk ikut bersama kami. Seketika itu kami semua kaget, sekaligus tersenyum heran. Entah darimana beliau bisa mengetahui rencana kami ini. Padahal sebelumnya kami tidak memberitahukannya kepada beliau, karena memang tempat yang akan kami tuju ini cukup melelahkan. Mungkin, bagi kalian yang pernah ke tempat tersebut pasti tahu akan hal ini. Setelah semuanya siap, kami pun mulai berangkat dan meninggalkan desa.

Terasa sekali perjalanan yang kami lalui ini. Jalannya bahkan melenggak lenggok, hampir sama seperti jalan yang tahun lalu saya lalui ke daerah Blitar, Jawa Timur. Menuruni bukit, kemudian menaiki bukit. Pokoknya cukup memacu adrenalin. Belum lagi, jalannya yang bisa dibilang tidak terlalu lebar untuk ukuran jalan pada umumnya. Hal yang paling ekstrim adalah saat kami melihat bahwa jalan di depan yang akan kami lalui ini hendak menanjak sekaligus melingkar. Lumayan tinggi sekali. Saat sebelum menanjak tersebut, kami harus menarik nafas dalam-dalam. Mungkin situasi ini mirip sekali apabila dibandingkan pada saat kita hendak menaiki wahan Dufan. Do fun aja deh.

Yang kami khawatirkan saat itu adalah semoga tidak ada mobil yang datang dari arah sebaliknya. Karena itu bisa merusak konsentrasi, loh. Belum lagi apabila mobil mogok di tengah-tengah tanjakan tersebut. Ah, benar-benar menantang sekaleee. Namun, apa yang kami khawatirkan tersebut ternyata benar-benar terjadi.

Tiba-tiba mobil datang dari arah depan. Namun, untungnya saja posisi kami saat itu bukan di tikungan, melainkan di jalanan lurus. Sehingga kami masih bisa merapat ke sisi-sisi jalan, begitu juga dengan mobil lain tersebut. Namun, masalahnya belum selesai sampai disitu. Di jalan depan, masih di tanjakan, tiba-tiba sekilas terdengar bunyi, “Deettt.” Seketika itu suara mesin mobil pun lama-lama mengecil secara perlahan. Apa yang terjadi? Ternyata mesin tiba-tiba mati. Jeng-jengggg.

Kami tertawa “HAHAHA”, tetapi suara dalam hati “HUHUHU”. Kami coba berpikir positif sambil mengatakan, “Ah, ini kan masalah biasa.” Saudara saya yang mengemudikan pun berusaha untuk menyalakan mesin tersebut. Ternyata mesin langsung menyala. Beruntung. Sepertinya tadi masalahnya hanyalah permainan kopling saja yang sedikit “kebablasan”.

Tim Petualang
Tim Petualang

Jalanan yang melenggak-lenggok ini ternyata bukanlah jalan utama menuju tempat wisata, melainkan jalan alternatif yang sepertinya lebih cepat menurut info dari GPS (Global Positioning System). Di tengah-tengah perjalanan, kami sempatย  “kebablasan” di jalan yang lumayan mengerikan ini. Daritadi kami memang selalu mengandalkan teknologi GPS tersebut.

GPS mengarahkan agar berbelok ke arah kiri. Kami terhenti. Kami tak yakin untuk berbelok ke arah tersebut. Karena jalanan tersebut teramat kecil, dan sepertinya bukan merupakan jalan umum yang sering dilalui orang. Kami sempat berdiskusi hebat, apakah memutuskan untuk berbelok, atau meneruskan perjalanan lagi ke depan dan menanyakan kepada penduduk sekitar. Akhirnya, kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan lagi.

Tibalah kami di pertigaan jalan. Beruntung, di sisi jalan ada penduduk sekitar yang sepertinya sedang merumpikan sesuatu. Kami berhenti disitu, dan langsung menghampiri mereka untuk menanyakan jalan. Dari hasil tanya jawab tersebut, ternyata kami sudah berada di jalan yang benar. YES!. Beruntung, kami tidak melewati jalan yang ditunjukkan oleh GPS tadi. Entah apa yang akan terjadi, semakin tersasar tentunya. Disini saya sempat bergumam, ternyata kepintaran suatu teknologi (pada kasus ini yaitu GPS) dapat dikalahkan oleh pengetahuan yang dimiliki oleh penduduk sekitar. Luar biasa. ๐Ÿ˜€

Setelah itu, kami melaju dengan begitu yakinnya. Akhirnya, tak lama setelah itu, kami mulai menemukan jalan besar. Kami melaju bersama kendaraan-kendaraan lainnya, yang mungkin saja memiliki tujuan yang sama, yaitu ke tempat wisata “Grojogan Sewu”.

Tibalah kami di kawasan wisata, tetapi kami masih berada di luarnya. Kami juga sempat dibuat bingung oleh tempat tersebut. Kami mencari-cari dimana pintu masuknya. Soalnya, memang banyak sekali pintu masuk tersebut. Walaupun pedal gas sudah ditekan sepelan mungkin, kami tetap saja melewatkan pintu masuk yang kelihatannya adalah tempat masuk yang terakhir. Kami memutar sebentar, kemudian mulai memasuki tempat parkir dan memarkir kendaraan.

Yeahh. Akhirnya sampai juga. ๐Ÿ™‚

Bersambung. ๐Ÿ™‚

The following two tabs change content below.

mahisaajy

PMG Ahli Pertama, Bidang Manajemen Database at BMKG
Seorang pemuda luar biasa yang mempunyai hobi menulis, membaca, dan bermusik. Tertarik dengan bidang ilmu komputer untuk memecahkan beberapa persoalan. Co-Founder Triglav ID dan Co-Founder METLIGO. Sejak tahun 2018 bekerja di BMKG di bagian Pusat Database.

Leave a Reply

%d bloggers like this: