Pada suatu siang, saat beberapa sinar matahari mulai menyinari bumi, seorang lelaki muda dan ketiga teman perempuannya mendatangi wilayah ibu kota. Sesampainya disana, mereka terlihat bingung. Sepertinya mereka bingung memikirkan kemana arah jalan untuk sampai ke suatu tempat yang ingin ditujunya.
Mereka menepi sejenak. Mereka memutuskan untuk bertanya kepada salah seorang yang sedang berada didekatnya. Tak lama, setelah berbincang-bincang sedikit, akhirnya arah jalan sudah dapat diterima oleh akal sehatnya.
Mereka mulai menyebrangi jalan. Jalanan tersebut selalu ramai dan kelihatannya tak pernah sunyi. Mereka melangkahkan kakinya dengan sangat hati-hati. Perlahan, tapi pasti.
Sesampainya di seberang, mereka mulai mendapatkan beberapa “teman baru”. Teman bukan sembarang teman, melainkan teman sepertungguan. Mereka dan teman barunya tersebut sedang menunggu kendaraan yang sedaritadi asyik berkeliaran seenaknya di jalanan. Tak seperti teman barunya tersebut, mereka menunggu kendaraan “burung biru”.
Lama sekali waktu yang mereka habiskan untuk menunggu. Hingga salah satu teman barunya tersebut mengatakan kepada mereka, “Mas, Mbak, kalian sebaiknya jangan menunggu disini. Lebih baik menunggu disana saja. Kalau disini nanti dikira joki, loh.”
“Haaahhhh?” jawab mereka sambil terperanga dalam tanda tanya.
Apakah banyak kendaraan yang tidak mau menghampiri karena dikiranya mereka adalah sekumpulan joki. Ah, lucunya. Setelah mendengar kalimat tersebut, mereka kemudian berjalan menjauhi sekumpulan teman barunya tersebut. Mereka mencari tempat yang lebih tepat untuk menunggu.
Lucu ya. Ternyata mereka dikira joki.
Latest posts by mahisaajy (see all)
- Instalasi SAC (Seismic Analysis Code) di MAC untuk Analisis Seismik - December 5, 2024
- Selamat Purna Tugas - November 19, 2024
- ESRI Professional Fellowship Program 2023 - January 14, 2024