Banyak yang mengatakan bahwa memaksakan itu merupakan tindakan yang tidak baik. Banyak kerugiannya dibandingkan dengan manfaatnya. Namun, bagaimana kalau kita sedang berada pada keadaan yang darurat, misalnya dikejar deadline atau apalah, apakah itu semua mengharuskan kita untuk memaksakan diri?
Jawaban yang sepertinya sulit untuk dijawab. Mungkin ada beberapa pertimbangannya dan tergantung pula kepada keadaan yang sedang berlangsung. Apakah memang penting sekali, penting banget, atau penting banget-banget-banget..
Kalau tidak dipaksa, maka kita juga harus siap menanggung segala resikonya. Entah itu dimarahi, entah itu menghilangkan kepercayaan seseorang terhadap kita. Kalau dipikir-pikir, bagai memakan buah simalakama, memang. Di satu sisi kita berniat untuk menyelesaikan kewajiban kita, namun di satu sisi kita tidak ingin memaksakan diri kita.
Saya jadi teringat terhadap seseorang yang baru-baru ini ramai sekali diberitakan. Ia memaksakan dirinya untuk terus menyelesaikan pekerjaannya. Tanpa kenal waktu dan tanpa kenal lelah. Ia memang menunjukkan profesionalitasnya, tapi di balik semua itu ia mengesampingkan kesehatannya. Setiap manusia pasti memiliki batas-batas yang tidak boleh sekalipun dilanggar, bukan?. Apabila dilanggar maka akan fatal sekali akibatnya. Mungkin, sudah bisa ditebak, bagaimana kelanjutan seseorang yang terlalu memaksakan dirinya itu? Saya turut berduka cita sedalam-dalamnya.
Kejadian tersebut secara tidak langsung menyadarkan saya. Sebagai manusia biasa yang lemah (tapi tidak gemulai), memang seharusnya kita mengenal kondisi fisik kita masing-masing. Kita sendiri lah yang dapat mengatakan apakah kita bisa bertahan dalam situasi tertentu. Apabila sudah muncul tanda-tanda yang tidak wajar, sebaiknya kita menghentikan langkah kita sementara waktu. Jika sudah bugar kembali, jalankan kembali langkah kaki kalian dengan semangat yang membara.
Sebenarnya, apabila dipikir-pikir, dalam kasus ini yang memegang kendali adalah perlakuan kita terhadap waktu. Mungkin ini yang namanya sebuah pelajaran dalam kehidupan. Karena seringkali kita menyia-nyiakan waktu yang bergulir begitu tenang, namun dibalik itu ternyata sangat menghanyutkan. Kita terbuai dengan segala keajaiban yang membelakkan mata, yang membuat kita mengesampingkan kewajiban-kewajiban kita.
Kita memang dituntut untuk menghargai waktu sebagaimana kita menghargai orang lain. Karena waktu adalah uang, yang jelas-jelas tak bisa dibeli dengan uang pula. Waktu ibaratnya adalah harta yang kita miliki. Apabila seseroang memperlakukannya dengan baik, maka sudah pasti dia akan memetik banyak sekali manfaatnya. Namun, apabila seseorang memperlakukannya dengan semena-mena, maka biasanya penyesalan yang akan datang.
Memaksakan atau tidak, itu pilihan kalian masing-masing. Kalau saya jelas lebih memilih untuk menghargai waktu. Tapi, saya pikir-pikir, menghargai waktu juga rasanya tidak semudah dengan mengucapkannya saat ini. Ah, dasar manusia.
Latest posts by mahisaajy (see all)
- Selamat Purna Tugas - November 19, 2024
- ESRI Professional Fellowship Program 2023 - January 14, 2024
- Pemanfaatan OSM dalam Mendukung Pemenuhan Data Spasial di Instansi Pemerintah Indonesia - January 13, 2024