Hari ini sungguh melelahkan. Bukan melemahkan tetapi malah menguatkan. Saya disadarkan kembali akan kebodohan serta kekurangan yang saya miliki, yang tentu saja selalu setia menemani kemanapun saya melangkahkan kaki.
Masih sama seperti sebelumnya, saya masih tetap berusaha untuk menentang arah angin. Saya masih berusaha berlari dan melaju dengan tenaga serta kekuatan yang masih saya miliki. Kali ini saya tidak berjalan mengikuti intuisi, tetapi dibantu oleh sebuah benda yang wajib dibawa oleh petualang, yakni kompas.
Yang sedang saya bicarakan ini adalah sebuah kompas. Sebuah benda penunjuk arah yang sangat berguna bagi yang sedang membutuhkan arahan, yang mungkin saja sedang tersesat di dunia antah berantah dan memerlukan arah yang jelas untuk kembali ke jalan yang jelas pula.
Tapi ini bukan kompas sembarang kompas. Saya menamakannya kompas kehidupan. Kompas kehidupan ini berupa bacaan panduan untuk menuju ke jalan yang hendak dituju, juga berupa referensi-referensi dari orang terdahulu yang telah melalui jalan ini sebelumnya.
Saya mendapatkan banyak sekali arahan-arahan yang sangat tepat dan tentu saja sesuai dengan apa yang saya inginkan. Saya merasa lebih percaya diri dan merasa bijak dibandingkan sebelumnya. Walaupun hanya saya yang mengatakan seperti itu kepada diri saya ini. Ya, minimal, saya sendiri yang telah merasakannya.
Jalan, yang sedari awal tidak terpikirkan, tiba-tiba muncul. Pengetahuan baru pun bertambah lagi, sedikit demi sedikit. Lumayan. Kompas ini memang sangat berguna.
Latest posts by mahisaajy (see all)
- Instalasi SAC (Seismic Analysis Code) di MAC untuk Analisis Seismik - December 5, 2024
- Selamat Purna Tugas - November 19, 2024
- ESRI Professional Fellowship Program 2023 - January 14, 2024