My rating: 4 of 5 stars
Buku ini menceritakan tentang perjalanan seseorang bernama Jonathan yang sedang memiliki masalah di hidupnya. Ia lebih memilih untuk mengasingkan kehidupannya dengan bepergian ke berbagai tempat. Tanpa disadari ia bertemu dengan orang-orang baru yang mengajarkan mengenai arti kehidupan yang sebenarnya.
Ia mengira ini adalah sebuah kebetulan semata. Tapi nyatanya sesuatu di dunia ini ialah tak ada yang kebetulan. Semuanya sudah digariskan.
Marylin, seorang psikolog yang sedang sekarat. Di sisa waktunya ia memilih untuk melanjutkan mimpinya yang tidak kesampaian, yaitu menjadi fotografer. Ia menyendiri di gurun untuk membuat foto-foto terakhirnya.
“Karena tak penting apa pun yang kau cari dan temukan. Yang penting adalah kau membiarkan bakat dan pengetahuanmu tampil ke permukaan, supaya kau dapat menjalani tujuan hidupmu.”
“Kita datang ke dunia ini merasa berhak, seolah-olah kita telah diberikan buku panduan untuk hidup dengan jaminan sertifikat selama seratus tahun. Nyatanya , meski kita semua berharap akan hidup selama-lamanya, atau hidup mencapai seratus tahun, kita tidak memiliki jaminan akan mendapatkannya. Nikmatilah sebisa mungkin setiap hari.”
Pete, seorang lelaki yang (maaf) jalannya pincang. Ia memiliki beberapa tempat penginapan dan ia menjaganya sendirian. Ia juga memiliki gelar MBA.
“Nak, ada orang-orang yang dikirimkan kepada kita semua. Malaikat-malaikat, kau tahulah. Kita semua punya malaikat. Malaikat-malaikat pelindung.”
“Suatu tragedi sulit dijabarkan, tetapi bila kita memperhatikan para pemimpin, guru, dan filsuf, hidup mereka semua dicirikan oleh keterpurukan itu.”
Salomo, seorang bocah yang mengajari banyak hal. Ia adalah salah satu bocah yang memiliki jiwa tua (dewasa). Salah satu pelajaran yang diajarkan, yaitu kita bukanlah apa yang kita kerjakan, tapi kita adalah diri kita sendiri.
Toin dan Anja, sepasang kekasih yang ia temui saat datang ke Belanda.
“Penderitaan masa lalu itu sama seperti jangkar. Lepaskan saja!”
“Kita hanyalah manusia, dan sering melakukan kesalahan. Namun, kita harus tetap melanjutkan hidup.”
Setelah bertemu dengan banyak orang di berbagai negara tersebut, ia pulang ke negerinya untuk menyelesaikan permasalahan yang masih tersisa tersebut.
“Dengan semua tragedi ini pelajarannya bukanlah untuk menengok masa lalu, tetapi merasa bebas untuk menengok masa lalu. Bukan untuk melihat ke depan, tetapi merasa bebas untuk menatap ke depan. Pelajaran utamanya adalah hadir pada saat ini, berjuang dan menjadi sejahtera dan membangun kehidupan baru seperti apapun itu. Kadang-kadang, kehidupan baru ibarat serangkaian langkah bayi, tertatih selangkah demi selangkah.”
Latest posts by mahisaajy (see all)
- Instalasi SAC (Seismic Analysis Code) di MAC untuk Analisis Seismik - December 5, 2024
- Selamat Purna Tugas - November 19, 2024
- ESRI Professional Fellowship Program 2023 - January 14, 2024