Mari kita samakan nada terlebih dahulu, baru kemudian kita goncangkan panggung yang ada di depan mata kita saat ini. Bukan panggung biasa, tapi panggung kehidupan. Dengan gitar dalam dekapan, kita torehkan cerita-cerita indah di atas sana.
Dahulu, saat masih merasakan masa-masa sekolah di SMP, saya mengenal alat musik yang hebat ini. Di kelas. Mereka memainkannya dengan canda serta tawa. Menghibur dirinya yang sedih dan begitu juga hati orang lain yang sedang memiliki perasaan yang sama. Mereka semua melebur menjadi satu. Mengeluarkan satu suara tapi tak satu nada. Mungkin karena saya ikut bernyanyi disitu. Nada yang coba saya keluarkan terkadang berubah-ubah. Maklum, saya bukan penyanyi dan (saat itu) juga bukan pemain gitar. Yang penting saya ikut meramaikan suasana. Karena tak penting kesempurnaan itu tanpa disertai kebersamaan.
Karena tak penting kesempurnaan itu tanpa disertai kebersamaan.
Dari situ, saya tertarik untuk bisa memainkan alat musik ini. Perasaan sesedih apapun mungkin dapat sirna dengan memainkan alat tersebut.
Akhirnya, tak lama setelah itu, saya sudah bisa memilikinya. Senangnya bukan main. Mungkin tak bisa dilukiskan dengan kata-kata dan tak bisa diucapkan dengan nada-nada. Langsung saja saya dekap, dan coba memetik senar-senar tersebut secara berurutan dari atas ke bawah. “Jreng, jreng, jreng, jreng, jreng, jreng”. Setelah itu, saya langsung melakukan genjrengan langsung dari atas ke bawah. “Jreeenngg”. Bunyinya terdengar agak kacau. Mungkin karena belum disesuaikan. Walaupun begitu, saya tetap merasa senang. Iya, pokoknya senang. Titik.
Buku panduan gitar pun saya dapatkan juga. Saya baca, kemudian saya praktikkan langsung. Saya pelajari kunci-kunci dasar. Dalam buku itu juga terdapat kunci lagu-lagu sederhana yang tentu saja bisa langsung saya coba.
Kaku sekali. Suara saya masih lebih cepat dibandingkan dengan iringan gitar. Tak asik, memang. Tapi, entah kenapa, saya sangat penasaran sekali untuk bisa menguasainya. Berkali-kali latihan, dari pagi siang dan malam, saya coba jalani. Mulai dari meluangkan waktu untuk berlatih, sampai waktu senggang saat belajar pun saya curi untuk mempelajarinya.
Bulan-bulan pertama masih sama. Namun, menginjak bulan berikutnya, kemampuan saya pun sudah bertambah. Yang tadinya nilainya 0, sekarang nilainya sudah bertambah menjadi 0.1. Selain buku panduan, saya juga ditemani oleh buku kumpulan kunci gitar lagu-lagu indonesia. Saya dan teman-teman menyebutnya dengan “MBS”. Entahlah itu singkatan dari apa, saya tak terlalu memikirkan. Yang saya pikirkan adalah bagaimana saya bisa memainkan lagu-lagu yang ada didalamnya.
Tak semua lagu bisa saya iringi. Tingkat kesulitannya pun berbeda-beda. Mulai dari lagu-lagu yang mudah sampai yang sulit ada semua disini. Tempo cepat pun masih mengganggu irama saya saat melakukan perpindahan kunci. Sering sekali saya tergelincir dan terperangkap ke sela-sela senar. Sakit awalnya, dan masih sakit kemudian.
Ketika ada teman yang berkunjung ke rumah, dengan bangganya saya memainkan alat musik ini. Lagu-lagu seperti “Surga-Mu”, “Demi Waktu”, “Seperti yang Dulu” saya sajikan ala kadarnya. Karena memang lagu-lagu itulah yang mengantarkan saya menjadi gitaris amatir seperti saat ini.
Mereka kagum dan kelihatannya ingin bisa seperti saya. Mungkin.. Sambil belajar saya juga coba membantu mereka belajar. Tak ada salahnya berbagi.
Beberapa waktu setelahnya, koleksi lagu-lagu yang dapat saya mainkan pun bertambah. Butuh waktu untuk menguasainya dan menghapalkannya. Pernah sesekali saya lupa. Sepertinya nada-nada tersebut perlu dirasakan, bukannya dilihat kemudian dihapal.
Sepertinya nada-nada tersebut perlu dirasakan, bukannya dilihat kemudian dihapal.
Dari hari ke hari, hidup saya semakin lebih bernada dan berwarna. Tiada hari tanpa memainkannya. Mungkin ini anugerah dari Tuhan yang bisa digunakan untuk menghibur seseorang yang sedih hatinya.
Keep on picking.
Latest posts by mahisaajy (see all)
- Selamat Purna Tugas - November 19, 2024
- ESRI Professional Fellowship Program 2023 - January 14, 2024
- Pemanfaatan OSM dalam Mendukung Pemenuhan Data Spasial di Instansi Pemerintah Indonesia - January 13, 2024