Ketika saya mulai memijakkan kaki di tempat yang luar biasa ini, saya sama sekali tidak merasakan apa-apa. Yang saya inginkan adalah hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis saja. Hanya itu, dan sepertinya tidak lebih..
Saya mulai mengaktifkan sebuah cahaya dari ruangan tersebut dan saya mulai memasuki tempat tersebut. Tak lama, saya mulai mendengar adanya suara-suara kecil entah dari arah mana. Ada kehidupan sepertinya terdengar dari ujung sana. Tampaknya ada ketakutan yang timbul dari sana, atau malah kesokberaniannya untuk menimbulkan gerakan kecil tersebut.
“Ckckckck…”
Apa itu? Kontan, saya mulai bertanya-tanya sendiri. Ber-monolog seperti orang yang sedang keheranan.
Lalu muncullah seekor makhluk berbadan mungil yang merayap di ujung sana. Ia nampak ketakutan. Mulutnya bungkam. Matanya berkaca-kaca… Kemudian ia mulai bergerak perlahan. Selangkah demi selangkah.. Sepertinya ia merasa terganggu dengan kehadiran saya di tempat terindahnya itu. Saya coba dekati. Ia pun bergerak menjauh lebih cepat dari sebelumnya. Hingga lama-lama ia mulai menyentuh langit-langit, hingga saya tak bisa lagi untuk menjangkaunya..
Sebenarnya apa yang perlu ditakuti? Saya sih memang tidak takut, tapi ia? Saya juga tak berniat untuk menimbulkan rasa takut, tapi kiranya ia? Ia terlalu takut terhadap seseorang yang belum ia kenal dengan baik, yang belum ia percaya dengan sepenuh hati, dan yang belum ia dekati layaknya teman baik. Atau mungkin ia tidak takut, tapi hanya waspada yang berlebihan saja. Mungkin karena trauma dengan pengalamannya yang dulu, ketika ia dipisahkan dengan orang tuanya dan saudara-saudaranya. Ah, aneh sekali, memang..
Padahal kan.. Sebenarnya kita bisa saja berkawan dengan baik. Bernyanyi bersama. Engkau yang bernyanyi, saya yang mengiringinya dengan gitar kesayangan. Kita nyanyikan lagu-lagu spesial tentang mu.
“La la la la.. Di dinding……”
Sayang, berhubung ia terlalu takut, maka ini hanyalah bualan saya saja. Berkali-kali saya memasuki tempat itu, berkali-kali pula ia melakukan hal yang sama. Saya sudah mencoba untuk seramah mungkin, dengan bernyanyi-nyanyi kecil di dekat tempat persembunyiannya, tapi yang ia selalu lakukan adalah lari menjauh dari posisi saya berada saat ini.
Mungkin ia membutuhkan banyak waktu untuk beradaptasi. Tapi sampai kapan? Apakah sampai saya melakukan penyamaran untuk menyamar menjadi seseorang yang ia cintai? Ah, lagi-lagi cinta. Itu sama saja dengan membohonginya.. Lagipula memang saya tak suka berbohong, apalagi membohongi perasaan sendiri. Ya, ya, ya..
Latest posts by mahisaajy (see all)
- Instalasi SAC (Seismic Analysis Code) di MAC untuk Analisis Seismik - December 5, 2024
- Selamat Purna Tugas - November 19, 2024
- ESRI Professional Fellowship Program 2023 - January 14, 2024