Beberapa hari yang lalu, saya kedatangan tamu yang tak dikenal dan tak disayang pula. Mereka datang berdua ke rumah untuk menawarkan sebuah produk minuman probiotik. Saya, yang saat itu sedang asyik bermain-main dengan tugas, hanya bisa melihat orang tua saya, yang sedang berjalan menghampiri tamu tersebut, dan mendengarkan pembicaraan mereka dari kejauhan.
Saya sudah mengira pasti mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meyakinkan pembeli untuk membeli produknya tersebut. Dan, ternyata benar. Tak lama setelah itu, orang tua saya langsung menggenggam minuman probiotik tersebut dan memberikannya kepada saya. Tanpa pikir panjang, saya pun langsung meminumnya. Oh, tentu saja, kan supaya sehat, kuat, dan bersemangat. Yihaa..
Ketika telah sampai pada tetes terakhir, dengan isengnya saya melihat-lihat kemasannya tersebut. Tiba-tiba perhatian saya mulai terfokus kepada tanggal yang tertera pada minuman tersebut. Ternyata, beberapa minggu lagi adalah batas tanggal kadaluarsanya.
Masih layak untuk diminum, memang. Tapi, saya merasa inilah keteledoran yang terjadi pada saya. Mungkin tidak saya sendiri saja, tapi banyak orang yang pernah mengalami ini. Ketika kita terlalu fokus kepada produk yang ditawarkan dan manfaat yang dapat diperoleh, tapi kita malah melupakan faktor terpenting dari produk tersebut, yaitu masa hidup dari produk yang bersangkutan.
Ketika kita terlalu fokus kepada produk yang ditawarkan dan manfaat yang dapat diperoleh, tapi kita malah melupakan faktor terpenting dari produk tersebut, yaitu masa hidup dari produk yang bersangkutan.
Sesuatu produk tentunya memiliki waktu hidupnya masing-masing. Bila sudah melewati waktu yang telah ditentukan, tentunya tidak boleh dikonsumsi lagi. Minuman ini pun juga sama seperti itu. Apakah saya sedang dicurangi atau dibohongi?
Karena rasa penasaran, saya pun mencoba untuk mencari tahu mengenai masa kadaluarsa minuman yang sedang saya bicarakan ini. Akhirnya, saya menemukan beberapa blog yang mampu menjawab rasa penasaran saya tersebut. Saya kaget, ternyata waktunya tak lama, hanya 40 hari saja.
Oohh, jadi itu alasannya mereka berkeliling memasarkan produknya tersebut. Karena memang mereka diberikan waktu yang tidak banyak untuk dapat menjual produknya. Mereka dituntut untuk menjual habis produknya agar produknya tersebut tak menjadi produk yang tak layak untuk dikonsumsi.
Tapi, ngomong-ngomong, ada bagusnya juga ya pemasaran produk seperti itu. Mau tidak mau kan harus dikebut. Kalo tidak dikebut, ya perusahaan pasti akan merugi karena tidak mampu menutupi ongkos produksinya. Namun, kalo yang dijual adalah benda atau software aplikasi, yang tentunya tidak memiliki masa kadaluarsa 🙂 , bagaimana ya caranya agar pemasarannya bisa dikebut seperti itu? Apakah harus dengan ancaman? Hehehe..
Latest posts by mahisaajy (see all)
- Selamat Purna Tugas - November 19, 2024
- ESRI Professional Fellowship Program 2023 - January 14, 2024
- Pemanfaatan OSM dalam Mendukung Pemenuhan Data Spasial di Instansi Pemerintah Indonesia - January 13, 2024