Mencintai angin harus menjadi siut…
Mencintai air harus menjadi ricik…
Mencintai gunung harus menjadi terjal…
Mencintai api harus menjadi jilat…
Mencintai cakrawala harus menebas jarak…
MencintaiMu harus menjadi aku..
Sajak kecil tentang cinta. Sajak ini ditulis oleh salah satu penyair favorit saya, yaitu Sapardi Djoko Damono. Ah, ini hanya judulnya saja mengandung kata “kecil”. Namun, coba kau baca dan pahami dalam-dalam, niscaya maknanya akan besar dan dalam sekali. Kalau kau belum memahami, cobalah kau baca berulang-ulang sampai benar-benar merasa paham.
Dalam tulisan kali ini, saya akan mencoba menafsirkan sajak kecil tentang cinta ini. Puisi ini bertemakan tentang cinta, lebih tepatnya mencintai.
Mencintai angin harus menjadi siut…
Mencintai air harus menjadi ricik…
Mencintai gunung harus menjadi terjal…
Mencintai api harus menjadi jilat…
Mencintai sesuatu kita harus siap menjadi bagian dari sesuatu tersebut. Mencintai sesuatu kita harus siap dengan segala resiko yang terkandung di dalamnya. Misalnya, mencintai gunung, kita harus siap dengan keterjalan yang ada.
Mencintai cakrawala harus menebas jarak..
Kali ini kata yang dipilih yaitu “menebas”, bukan “menjadi” seperti pada baris sebelumnya. Pemilihan kata ini digunakan sebagai penekanan dan untuk memudahkan pembaca dalam memahami maksud puisi ini. Dalam mencintai cakrawala, kita harus siap untuk menebas jarak yang terbentang di hadapannya.
MencintaiMu harus menjadi aku..
Klimaksnya ada di baris yang terakhir ini.. “MencintaiMu harus menjadi aku”. Kata “Mu” di sini bisa bermakna dua, yaitu untuk Tuhan dan untuk seseorang. MencintaiMu (Tuhan), berarti kita harus menjadi diri sendiri. Diri sendiri dengan segala kebaikan dengan keburukan yang ada di dalam diri kita. Menyadari bahwa kita tidak akan ada tanpa kehendaknya, maka dengan begitu kita akan senantiasa mencintai-Nya.
Mencintaimu (seseorang) juga harus menjadi diri sendiri. “Harus menjadi aku”, memiliki makna yaitu dalam mencintainya haruslah menjadi aku. Hanya aku, bukan yang lain. Karena hanya aku lah yang benar-benar mencintainya.
Dalam menafsirkan puisi ini, saya juga sudah melakukan riset kecil-kecilan di Google dan memperoleh sumber dari sini.
“Sajak Kecil Tentang Cinta Ini” ternyata juga sudah ada versi musikalisasi puisinya. Mari disimak.
Jangan pernah takut untuk mencintai. Pasti, selalu ada jalan.
Latest posts by mahisaajy (see all)
- Selamat Purna Tugas - November 19, 2024
- ESRI Professional Fellowship Program 2023 - January 14, 2024
- Pemanfaatan OSM dalam Mendukung Pemenuhan Data Spasial di Instansi Pemerintah Indonesia - January 13, 2024
cinta itu ternyata bukan urusan kecil ya, tapi luas dan besar.
seluas samudera. mungkin gak akan ada yang bisa menyelaminya, semua hanya bisa terhanyut di dalamnya 🙂
gaya bahasa Sapardi yang dekat dengan bahasa sehari-hari membuat pembaca merasanyaman sewaktu membacanya, tapi bukan berarti sajak itu tidak memiliki kedalaman. asiiiik sekali menikmati sajak Sapardi.
salam penulis pemula