“Barakah adalah capaian dari pernikahan impian.”
Saya hadir dalam Seminar Samara “Rumah tangga yang dirindukan”. Seminar yang diadakan oleh @karir_komunitas mengundang Ustadz Salim A. Fillah sebagai pembicaranya.
Saya sangat mengagumi Ustadz Salim berkat tulisan-tulisan indahnya yang beliau torehkan dalam buku-bukunya. Sebut saja, buku Jalan Cinta Para Pejuang.
Dan ini adalah tulisan dalam buku tersebut.
Di jalan cinta para pejuang, biarkan cinta berhenti di titik ketaatan.. Meloncati rasa suka dan tidak suka.. Melampaui batas cinta dan benci.. Karena hikmah sejati tak selalu terungkap di awal pagi.. Karena seringkali kebodohan merabunkan kesan sesaat.. Maka taat adalah prioritas yang kadang membuat perasaan-perasaan terkibas.. Tapi yakinlah, di jalan cinta para pejuang, Alloh lebih tahu tentang kita..
Terbaik.
Namun, kali ini saya tidak ingin membahas buku tersebut. Yang saya ingin bagikan adalah suatu pandangan yang saya dapatkan di seminar tersebut.
…
Rumah tangga yang baik adalah yang memiliki ‘tangga’ untuk menggapai ridha-Nya dan memiliki tujuan bersama untuk menuju surga-Nya.
Hawa diciptakan dari tulang rusuk sebelah kiri Adam. Tahu kenapa tulang rusuk sebelah kiri? Ada yang mengatakan bahwa letaknya itu dekat di jantung hati, untuk dicintai. Letaknya pun dekat ke tangan, untuk dilindungi.
Kekasihmu nanti pastilah tidak sempurna. Jangankan ia, kita pun demikian. Tapi, yakinlah bahwa dia yang terbaik dan tepat bagi kita.
Pernah dengar kisah tentang Aisyah ketika cemburu? Aisyah cemburu. Ia tampakkan kecemburuannya dengan melemparkan piring. Lalu apa respon Rasulullah setelahnya? Ia tetap tenang. Membiarkan Aisyah untuk merenungkan diri sebentar.
Jangan suka membandingkan pasangan dengan yang lain.
Problem di rumah tangga itu bukan terjadi karena kurangnya cinta, melainkan karena kurangnya ilmu.
Kita dan pasangan kita, sudah pasti mempunyai latar belakang yang berbeda. Ada contoh kasus begini. Misal, di rumah, kita sering melihat ketika Ayah kita pulang kerja, lalu Ibu kita menyambutnya dengan membukakan pintu, membawakan tasnya, lalu membuatkan minuman untuknya. Itulah yang lama-lama tertanam di benak kita, “Oh, jadi seperti itu ya ketika menyambutnya.”
Dan, belum tentu pasangan kita pun beranggapan seperti itu. Karena bisa jadi di keluarganya pun penyambutannya berbeda. Di satu sisi kita berharap A, namun pasangan kita memperlakukan B. Kan beda ya? Nah hal ini perlu disampaikan dan dikomunikasikan dengan pasangan.
…
Baik ini saja.
Semoga bermanfaat.
Mudahkanlah setiap urusan hambamu yang hina ini ya Allah, semoga diberikan keberkahan dalam setiap prosesnya.
Latest posts by mahisaajy (see all)
- Selamat Purna Tugas - November 19, 2024
- ESRI Professional Fellowship Program 2023 - January 14, 2024
- Pemanfaatan OSM dalam Mendukung Pemenuhan Data Spasial di Instansi Pemerintah Indonesia - January 13, 2024