Setinggi Gedung Kenangan

Hari ini, mungkin saja adalah hari yang terakhir, bagi saya dan teman-teman, dalam mengikuti perkuliahan yang berlokasi di dalam sebuah gedung, tempat kami biasa menimba ilmu. Orang-orang di luar sana mengenal gedung tersebut dengan sebutan gedung “Graha Simatupang”.

Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang telah saya lalui selama disini. Bila dikumpulkan menjadi satu, mungkin saja semua peristiwa tersebut akan membentuk kumpulan cerita, mengenai kisah-kisah saya dan penghuni gedung lainnya, yang tak akan cukup rasanya walaupun dibukukan sekalipun.

Kami semua awalnya memang tidak saling mengenal. Namun, lama kelamaan kami mulai mengenal satu sama lain. Awalnya malu-malu, namun lama kelamaan menjadi malu-maluin. Awalnya satu-satu (sendiri-sendiri), namun sekarang sudah bersatu (bersama-sama).

Saya masih ingat saat pertama kali datang ke gedung tersebut. Dengan mengendarai sepeda motor, saya mulai memasuki tempat parkir. Saya sempat mencari-cari dimana parkiran motor berada, ya, seperti orang yang sedang tersesat. Mungkin, apabila pada saat itu kalian sedang berada di tempat tersebut, dan menemukan seorang pria ngguanteng yang kelihatan seperti orang ling-lung, ya, itulah saya! Karena memang jalur untuk memasuki tempat parkir motor tidak seperti jalur parkir yang terpikir oleh saya. Namun, ternyata jalan yang tidak terlalu lebar tersebut ternyata adalah jalur masuk menuju tempat parkirnya. Hehe.

Selain itu, yang paling mengejutkan lagi adalah saat hendak keluar dari gedung tersebut. Sesampainya di loket tempat parkir, tanpa disangka-sangka, ternyata tagihan uang parkir melebihi batas yang saya pikirkan. Ternyata di tempat parkir tersebut tidak memberlakukan tagihan maksimal yang harus dibayar. Sehingga, semakin lama Anda berlama-lama di dalam, maka tagihan parkir tersebut seakan-akan sedang berjalan menghantui Anda. Hehe. Kala itu saya jadi membayangkan bagaimana jadinya apabila saya benar-benar pasti kuliah di tempat yang baru ini. Namun, pada akhirnya saya diberitahukan informasi yang cukup menarik, bahwa pengendara pun bisa berlangganan parkir. Jadinya tidak perlu seperti yang saya lakukan tadi, cukup membayar beberapa rupiah uang di awal bulan dan selanjutnya dapat menikmati fasilitas parkir selama sebulan penuh. Hal itulah yang saya lakukan sampai sekarang ini.

Lantai 8

Sebenarnya di lantai bernomor 8 inilah semuanya cerita tersimpan.. Sebuah kelas yang bisa dikatakan sebagai rumah kedua kami..

Ruangan kelas yang begitu ekslusif, yang tentunya sangat berbeda sekali dengan ruangan kelas saya yang dahulu, yaitu pada saat menjalani perkuliahan di semester 1 dan 2. Di tempat yang baru ini, kami merasa seperti dimanjakan dengan segala fasilitas yang ada. Seperti kursi yang terasa empuk sekali saat diduduki, sekaligus membuat betah berlama-lama duduk disitu. Kemudian ruangan yang pada awalnya dapat dikatakan cukup dingin. Bahkan, terkadang saya merasa tak kuat, dalam waktu yang lama, untuk berdiam diri di dalam sana. Sehingga saya harus keluar masuk ruangan untuk mengurangi hawa dingin yang serasa menggelitik tersebut. Mungkin saja itu karena betapa “langsing”nya saya, sehingga hawa dingin tersebut serasa langsung menusuk tulang.

Fasilitas lainnya yang bisa dibilang sangat berguna sekali, yakni “Notebook”. Kami merasa sangat beruntung sekali saat dikabarkan akan mendapatkan notebook tersebut. Ternyata memang peran notebook tak lepas dari kehidupan perkuliahan kami, karena memang pekerjaan sehari-hari kami yaitu mewajibkan kami semua berada di depan notebook. Belajar, mengerjakan tugas, dan tak lupa bermain pun semua kami lakukan di hadapannya. Mungkin ia dapat diibaratkan sebagai kekasih setia kami, yang selalu menemani kami dalam suka dan duka. Coba saja bayangkan tanpa keberadaannya, mungkin kami-kami tidak akan berdaya untuk menyelesaikan game tersulit abad ini, ehmm, maksud saya menyelesaikan tugas-tugas kuliah tersulit kami.

Pokoknya banyak sekali kisah-kisah yang ada di lantai tersebut. Seperti yang sudah saya bilang tadi, bahwa kisah-kisah tersebut tidak akan pernah habis dibahas. Dalam satu buku saja bahkan tak cukup.

Entah bagaimana kelanjutannya nasib kami. Apakah perjalanan kami masih akan berlanjut di gedung yang sama, ataukah akan dipindah tempatkan seperti kakak-kakak kelas kami yang lain. Yang paling penting sebenarnya adalah bukan karena tempatnya. Apapun tempatnya dan dimanapun tempatnya, asalkan ada teman-teman yang sanggup membuat hari-hari kita lebih ceria, itu pun sudah lebih dari cukup.

Tadi saat perjalanan pulang, saya sempat memfoto gedung tersebut yang masih berdiri tegak nan megah ini.

gedung graha simatupang gunadarma
gedung graha simatupang gunadarma

Tetap semangat teman-teman. Tetap berjuang dan tuntutlah ilmu setinggi gedung kenangan, yang tak akan pernah sirna dan selalu tersimpan dalam kenangan.

The following two tabs change content below.

mahisaajy

PMG Ahli Pertama, Bidang Manajemen Database at BMKG
Seorang pemuda luar biasa yang mempunyai hobi menulis, membaca, dan bermusik. Tertarik dengan bidang ilmu komputer untuk memecahkan beberapa persoalan. Co-Founder Triglav ID dan Co-Founder METLIGO. Sejak tahun 2018 bekerja di BMKG di bagian Pusat Database.

Leave a Reply

%d bloggers like this: